Kali ini, kita punya Sumire yang berusia 24 tahun. Mantan pemandu sorak semasa sekolah, ia masih mempertahankan bentuk tubuh kencang dan aura sehat. Ia biasanya pergi makan dan minum bersama teman-teman, dan baru-baru ini sering mengunjungi sauna. "Saya tak sabar untuk berkeringat dan minum-minum dalam perjalanan pulang," ujarnya dengan senyum polos, tampak sangat alami. Ia belum punya pacar selama sekitar enam bulan. Ia tidak punya pasangan seks kasual, dan ia belum bertemu siapa pun, jadi ia merasa tidak puas. Ia agak malu mengakui bahwa ia hanya pernah berhubungan seks secara teratur. Ia memiliki kepribadian masokis dan tidak keberatan dituntun dengan paksa. Ia baru mengenal mainan seks, tetapi mengaku tertarik. Saat pemotretan dimulai, ia sedikit gugup di depan kamera, masih sedikit kaku bahkan saat ciuman pertama. Putingnya yang berukuran G-cup langsung bereaksi ketika lidah menyentuh payudaranya. Tubuhnya bereaksi dengan cara yang bahkan mengejutkannya, dan ekspresi wajahnya, campuran ketegangan dan kenikmatan, sangat realistis. Saat ia beralih ke fingering dan cunnilingus, ia mati-matian berusaha menekan suaranya, tetapi gerakan lidah membuatnya sedikit gemetar, dan saat vibrator menyentuhnya, ia tak kuasa menahan erangan. Meskipun bingung oleh rangsangan yang tak terduga, pinggulnya mulai terangkat dalam kenikmatan yang tak tertahankan. Saat ia perlahan dirangsang dengan dildo, kenikmatan sejati mengintip dari balik kecanggungannya. Blowjob dan titjob-nya juga agak canggung, tetapi sungguh mengesankan melihatnya secara alami terserap di dalamnya. Ekspresinya berubah setiap kali berganti posisi; dalam posisi misionaris, pipinya memerah karena malu, napasnya memburu karena gairah saat berdiri doggy style di dekat jendela, dan meskipun ia bingung dengan gerakan pinggulnya dalam posisi koboi, ia mengeluarkan erangan kenikmatan. Dengan setiap dorongan dalam saat doggy style, tubuhnya merespons, dan reaksi naluriahnya di tengah ketegangan terlihat jelas. Dia tidak rileks sejak awal, dan dia tegang sepanjang waktu, tetapi tubuhnya masih merespons secara otomatis terhadap teknik profesional, menangkap realisme seorang amatir.