Aku menginginkan gadis itu, jadi aku mendekati ibunya. Tubuhnya yang tegap dan polos tersembunyi di balik seragamnya adalah sesuatu yang tak bisa kuhilangkan dari pikiranku. Aku tak peduli menikahi ibunya. Aku hanya ingin alasan untuk tinggal serumah dengan Umika. Itu sudah cukup bagiku. Setiap pagi ketika ia muncul di ruang tamu mengenakan seragamnya, hasratku tumbuh. Aku sengaja melewatinya di lorong sempit, dan mengintipnya berjalan dengan handuk mandi setelah mandi, dan malam demi malam, fantasiku tumbuh. Semuanya terjadi dengan cepat ketika ibunya mulai lebih sering pergi. Aku menyentuhnya dengan lembut, membuatnya terbiasa, dan perlahan-lahan menutup jarak di antara kami. Sejak hari aku melepas seragamnya, Umika bukan lagi putriku. Meskipun ia menolak dengan kata-katanya, tubuhnya telah menerimanya. Akulah yang tahu sebelum orang lain bahwa ia akan menjadi seorang wanita.